Jangan biasakan budaya mengambil hak orang lain dari kecil - Pen_diam

SELAMAT DATANG DI BLOGNYA ORANG PENDIAM

Tuesday, January 8, 2019

Jangan biasakan budaya mengambil hak orang lain dari kecil


Pernah gak sih kita punya barang, terus tiba - tiba ada anak kecil main ke rumah. Nangis nangis pengen barang yang kita punya?
Atau waktu kita kecil, kita punya mainan. Main bareng sama tetangga. Dia nangis jerit - jerit. Pengen mainan kita, nangis - nangis ke orang tuanya. Pokoknya pengen mainan punya kita.
Habis itu orang tuanya bilang ke orang tua kita. "Mbak mainan nya tak pinjem dulu ya, kasian anak ku nangis - nangis pengen katanya" trus karena orang tua kita gaK enak akhirnya dikasih deh tuh mainan kita
Oiya tapi minjemnya lama banget. Berhari - hari gak dibalikin, sekalinya dibalikin kondisinya udah gak sama kayak pertama minjem. Ya lusuhlah, rusak, kotor, bau, dll.
Lebih parahnya lagi, kalo anak itu minta dan si ibu malah mendukung kelakuan anaknya dgn bilang "buat anakku aja ya, kamu kan udah punya banyak" (misalkan kita udah punya banyak).
Enggak. Bukan soal pelit. Tapi ini menurutku adalah didikan yang salah. Karena anak dibiasakan mengambil barang yang bukan haknya.
Hari ini, boleh yang diambil/dipinjam sama dia cuma mainan seribu dua ribu rupiah, atau cuma kertas yang gak ada harganya, atau justru mainan yang mahal harganya. Tapi berapa pun harganya, itu TETAP milik orang lain.
Setelah mainan itu di masa kecil, terus menerus dibiasakan dan dibenarkan oleh orang tua bahwa mengambil hak orang lain itu wajar. Bagaimana masa depan si anak? Hak orang apa dan manalagi yang bakal diambil si anak?
Atau saat besar nanti justru hak orang tuanya sendiri yg akan diambil? Misalkan bayar SPP harusnya 300 ribu, dia bilang 500 ribu. Atau uang untuk study tour harusnya hanya 800 ribu dia bisa bilang 1.200.0000.
Banyak kemungkinan yang bisa terjadi hanya karena pembenaran atas kebiasaan yang salah. Mari kita biasakan kebenaran bukan membenarkan kebiasaan.
Ini ditulis bukan hanya berdasarkan kesotoyan ku saja, tapi ada beberapa pengalaman dari ibu- ibu yang sudah benar mendidik anaknya dengan tidak membenarkan kebiasaan yg salah.

No comments:

Post a Comment